Definisi
Obligasi (bond = B) adalah surat hutang yang
diterbitkan atau dijual oleh sebuah perusahaan atau pemerintah pada saat
meminjam uang dari masyarakat untuk jangka waktu panjang.
Nilai nominal (par value / face value = F) adalah
jumlah pokok obligasi yang akan dibayar pada saat obligasi jatuh tempo.
Kupon ( C ) adalah nilai pembayaran bunga yang
dinyatakan atas obligasi.
Tarif Kupon (coupon rate = r ) adalah nilai kupon
tahunan dibagi dengan nilai nominal obligasi. Tarif kupon ini setara dengan
tingkat suku bunga untuk pinjaman di bank.
Tanggal Jatuh Tempo (maturity date) adalah tanggal
tertentu yang digunakan untuk pembayaran pokok (nilai nominal) obligasi.
Hasil Sampai Jatuh Tempo (Yield to Maturity / YTM)
adalah tingkat pengembalian (hasil) yang diharapkan pasar atas obligasi.
Persamaan
untuk menghitung Harga Obligasi
Harga Obligasi = C x PVIFa + FV x PFIF
C = nilai kupon
PVIFa = [ 1 – (1+r)^(-t) ] / r
PVIF = 1/(1+r)t^t = (1+r)^(-t)
r = tarif kupon
t = banyaknya periode pembayaran kupon
FV = face value = nilai nominal obligasi
Contoh :
Obligasi yang bernilai nominal Rp 10 juta dengan tarif
kupon 14% setahun. Kupon dibayarkan setiap 6 bulan. Obligasi tersebut akan
jatuh tempo dalam waktu 7 tahun dan memiliki YTM 16%. Hitunglah harga
obligasinya.
1 tahun = 2 periode pembayaran kupon, sehingga t = 7
tahun x 2 periode / tahun = 14 periode
R per periode = 14% /2 = 7% per periode ( 1 periode =
1 semester)
YTM per periode = 16%/2 = 8% per periode.
Kupon per periode = 7% x Rp 10 juta = Rp 700.000
PVIFa = [1 – (1+8%)^(-14)]
/ 8% = 8,244236983
PVIF = (1+8%)
^ (-14) = 0,340461041
Harga Obligasi (B) = Rp 700.000 x 8,244236983 + Rp
10.000.000 x 0,340461041 = Rp 9.175.576,30
Menghitung
Nilai Obligasi dan Perubahan Suku Bunga
Harga Obligasi (Bond Value) = Nilai Sekarang Kupon +
Nilai Sekarang dari Nilai Nominal
Nilai Sekarang Kupon = Nilai Sekarang Anuitas dari
Kupon
Pada saat tingkat suku bunga naik, nilai sekarang akan
turun demikian juga dengan nilai obligasi yang akan turun bila tingkat suku
bunga naik dan sebaliknya.
Menghitung
Nilai Obligasi Diskon dengan Kupon Tahunan
Misal sebuah obligasi dengan tarif kupon 10% dan kupon
dibayar tahunan. Nilai nominalnya Rp 10 juta dan akan jatuh tempo 5 tahun
kemudian. Dengan YTM 11%, berapa nilai obligasi tersebut?
Nilai Kupon = tarif kupon x nilai nominal = 10% x Rp 10 juta = Rp 1 juta.
Nilai Obligasi (B) = Nilai Sekarang Anuitas dari Kupon
+ Nilai Sekarang dari Nilai Nominal
Nilai Sekarang Anuitas = [1-(1+r)^(-t)] / r
R = YTM = 11%
T = 5 periode
Faktor Bunga Nilai Sekarang Anuitas = PVIFa (11%,5) =
[ 1 – (1+11%)^(-5)] / 11% = 3,695897018
Faktor Nilai Sekarang = PVIF (11%,5) = (1+11%)^(-5) = 0,593451328
Nilai Kupon = 10% x Rp 10 juta = Rp 1 juta
Harga Obligasi (B) = Nilai Sekarang Anuitas dari Kupon
+ Nilai Sekarang dari Nilai Nominal
= Rp 1 juta x 3,695897018
+ Rp 10 juta x 3,695897018
= Rp 9.630.410,298
Menghitung
nilai Obligasi Premium dengan Kupon Tahunan
Obligasi premium adalah obligasi yang nilainya lebih
tinggi daripada nilai nominalnya.
Contoh : anda sedang mereview suatu obligasi yang
memberikan kupon tahunan sebesar 10% dengan nilai nominal Rp 10 juta. Obligasi
tersebut jatuh tempo 20 tahun dan YTM nya 8%. Berapa nilai obligasi tersebut?
Faktor Bunga Nilai Sekarang Anuitas = PVIFa (8%,20) =
[ 1 – (1+8%)^(-20)] / 8% = 9,818147407
Faktor Nilai Sekarang = PVIF (8%,20) = (1+8%)^(-20) = 0,214548207
Harga Obligasi (B) = Nilai Sekarang Anuitas dari Kupon
+ Nilai Sekarang dari Nilai Nominal
= Rp 1 juta x 9,818147407+
Rp 10 juta x 0,214548207
= Rp 11.963.629,48
Hubungan
grafis antara harga obligasi dan YTM
Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin besar YTM,
maka nilai obligasi semakin kecil.
Harga Obligasi
: hubungan antara Tarif Kupon dengan YTM
Jika YTM = tarif kupon, maka nilai nominal obligasi = harga
obligasi
Jika YTM > tarif kupon, maka nilai nominal obligasi
> harga obligasi
Hal ini mengingat nilai diskonto nya menyebabkan hasil
(tingkat pengembalian) obligasi lebih tinggi dari tarif kupon.
Obligasi yang harganya di bawah nilai nominal disebut
obligasi diskon.
Jika YTM < tarif kupon, maka nilai nominal obligasi
<. harga obligasi
Tarif kupon yang lebih tinggi menyebabkan harga
obligasi lebih tinggi dari nilai nominalnya.
Obligasi yang harganya di atas nilai nominal disebut obligasi
premium.
Resiko Tingkat Suku Bunga
Resiko tingkat suku bunga adalah resiko yang timbul bagi
pemegang obligasi karena adanya perubahan tingkat suku bunga. Terbagi atas 2 :
1.
Resiko Harga
yakni perubahan harga obligasi yang timbul karena perubahan tingkat suku bunga.
-
Obligasi jangka
panjang memiliki resiko harga yang lebih besar dibanding obligasi jangka
pendek.
-
Obligasi dengan
tarif kupon yang rendah lebih besar resiko harganya dibanding obligasi tarif kupon yang tinggi.
-
Resiko harga
semakin besar saat YTM nya rendah dibanding YTM yang tinggi (lihat Hubungan
grafis antara harga obligasi dan YTM)
2.
Resiko Tingkat
Investasi Kembali yakni ketidakpastian yang timbul atas tingkat hasil saat arus
kas yang diterima diinvestasikan kembali.
-
Obligasi jangka
pendek memiliki resiko tingkat investasi kembali yang lebih besar dibanding
obligasi jangka panjang.
-
Obligasi dengan
tarif kupon yang tinggi lebih beresiko dalam hal diinvestasikan kembali
dibanding obligasi dengan tarif kupon yang rendah.
Menghitung Hasil Oblligasi (Yield to Maturity)
Yield to Maturity (YTM) adalah tingkat bunga yang
berlaku pada harga obligasi saat ini.
Untuk menghitung besarnya YTM perlu digunakan metode
coba-coba (trial and error) dan sama prosesnya seperti menghitung “r” dalam
suatu perhitungan anuitas.
YTM dengan
kupon tahunan
Misalnya suatu obligasi dengan kupon tahunan sebesar
10%, jatuh tempo 15 tahun dan nilai nominal Rp 10.000.000. Harga obligasi
tersebut sekarang Rp 9.280.900 Berapakah YTM nya?
Harga Obligasi (B) = Nilai Sekarang Anuitas dari Kupon
+ Nilai Sekarang dari Nilai Nominal
B = Rp 1 juta x PVIFa + Rp 10 juta x PVIF = Rp
9.280.900
Karena harga obligasi lebih rendah dibanding nilai
nominalnya, berarti ini adalah obligasi diskon dimana YTM nya lebih besar
daripada 10%
Misalkan r1 = 10% maka B1 = 10.000.000 – 9.280.900 = 643.072
R2 = 12% maka B2 = 8.637.827
- 9.280.900 =-719.100
2% 1.362.172
YTM = 10% + 643.072 / 1.362.172 x 2% = 10,94%
Atau 12% - 719.100
/ 1.362.172 x 2% = 10,94%
Berarti YTM = 10,94%.
YTM dengan
Kupon Semesteran
Misalkan sebuah obligasi dengan tarif kupon 10% dan kupon
dibayar setengah tahunan (per semester). Nilai nominal Obligasi tersebut Rp 10
juta, dengan umur ekonomis 20 tahun dan dijual dengan harga Rp 11.979.300. Hitung
YTM nya.
Karena harga obligasi lebih tinggi dibanding nilai
nominalnya, berarti ini adalah obligasi premium di mana YTM nya lebih kecil
daripada tarif kupon (10%).
Kupon semesteran artinya obligasi ini membayar kupon
setiap semester (enam bulan sekali) alias setahun 2 kali bayar kupon. Hal ini
lumrah untuk obligasi di Amerika. Berarti 1 periode = 1 semester.
Jumlah periode pembayaran kupon obligasi tersebut = 20
tahun x 2 periode / tahun = 40 periode.
Tarif kupon per periode = 10% / 2 = 5%
Kupon = 5% x Rp 10 juta = Rp 500.000 / semester
B = Rp 500.000 juta x PVIFa + Rp 10 juta x PVIF = Rp 11.979.300
Misalkan r1 = 5% maka B1 = 10.000.000 – 11.979.300 = -1.979.300
R2 = 3% maka B2 = 14.622.954,-
11.979.300= 2.643.654
2% 4.622.954
YTM = 3% + 2.643.654 / 4.622.954 x 2% = 4,14% /
semester
Atau 5% - 1.979.300
/ 4.622.954 x 2% = 4,14% / semester
Berarti YTM = 4,14% x 2 = 8,28% setahun
Dengan perhitungan yang lebih teliti (tanpa
pembulatan) diperoleh YTM = 8%
Current
Yield vs. Yield to Maturity
Current Yield = kupon tahunan / harga obligasi
Yield to maturity = current yield + capital gains
yield
Misal : obligasi dengan tarif kupon 10% dibayarkan
tiap semester. Nilai nominal Rp 10 juta, umur ekonomis 20 tahun dengan harga
obligasi Rp 11.979.300.
Kupon setahun = 10% x Rp 10 juta = Rp 1 juta.
Current Yield = Rp 1 juta / Rp 11.979.300 = 0,0835 =
8,35%
Harga tahun pertama (asumsi YTM tidak berubah) = Rp
11.936.800
Capital gain yield = (RP 11.936.800 – Rp 11.979.300) /
Rp 1.1979.300 = -0,0035 = - 0,35%
Teori Harga
Obligasi
Obligasi yang memiliki resiko dan umur yang sama akan
memiliki hasil (return) yang sama yang dijadikan dasar untuk perhitungan harga
obligasi tersebut (tidak tergantung dari tarif kupon). Jika harga satu obligasi
diketahui, maka dapat dihitung YTM nya dan YTM tersebut digunakan untuk
menghitung harga dari obligasi kedua. Konsep menghitung harga suatu aset
didasarkan atas harga aset sejenis dapat digunakan untuk menghitung nilai aset
lainnya (di luar obligasi).
Perbedaan
antara Utang dan Ekuitas
Utang :
-
Tidak memiliki
kepentingan atas kepemilikan saham
-
Kreditur tidak
memiliki hak suara
-
Bunga merupakan
biaya untuk menjalankan usaha dan dapat mengurangi besarnya pajak yang dibayar
-
Kreditur memiliki
hak secara hukum bila pembayaran bunga dan pokok pinjaman gagal dilaksanakan
-
Kelebihan utang
dapat mengakibatkan masalah keuangan dan kebangkrutan.
Ekuitas :
-
Memiliki
kepentingan atas kepemilikan saham
-
Pemegang saham memiliki
hak suara untuk memilih dewan direksi dan masalah lainnya.
-
Dividen bukan
merupakan biaya untuk menjalankan usaha dan tidak dapat mengurangi pajak
-
Dividend bukan
merupakan kewajiban perusahaan , pemegang saham tidak memiliki hak secara hukum
bila dividen tidak dibayarkan
-
Perusahaan yang
sumber dananya seluruhnya dari pemegang saham tidak dapat bangkrut karena
perusahaan tersebut tidak punya utang.
Kontrak
Oblgiasi (Bond Indenture)
Merupakan kontrak antara perusahaan dan pemegang
obligasi yang mencakup :
-
Klausul (termin)
dasar dari obligasi
-
Jumlah nilai
obligasi yang diterbitkan
-
Penjelasan atas property
yang digunakan sebagai jaminan (jika ada)
-
Dana cadangan
untuk pelunasan obligasi
-
Provisi untuk
penebusan obligasi lebih awal
-
Rincian atas
perjanjian perlindungan untuk pemegang obligasi
Klasifikasi
Obligasi
1.
Obligasi atas
nama (registered) dan atas unjuk (bearer). Obligasi tercatat merupakan bentuk
penerbitan obligasi dimana perusahaan mencatat nama pemilik setiap obligasi dan
pembayaran (kupon dan pokok) dilakukan ke nama pemilik yang tercatat. Sedangkan
obligasi atas unjuk (bearer form) merupakan bentuk penerbitan dimana obligasi
diterbitkan tanpa pencatatan atas nama pemiliknya; pembayaran dilakukan kepada
siapapun yang memegang obligasi tersebut.
2.
Sekuritas. Sekuritas
utang diklasifikasikan sesuai dengan jaminan dan hipotek yang dipakai untuk
melindungi pemegang obligasi.
3.
Kolateral
(jaminan) merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk sekuritas
(misalnya : obligasi dan saham) yang dijadikan jaminan untuk pembayaran utang.
Kolateral umumnya digunakan untuk merujuk aset yang dijanjikan atas pembayaran suatu
utang.
4.
Sekuritas Hipotek
(mortgage) – sekuritas yang dilindungi dengan suatu hipotek atas property (harta)
dari peminjam.
5.
Surat utang
(debenture) merupakan suatu bentuk utang tanpa jaminan biasanya dengan jatuh
tempo 10 tahun atau lebih.
6.
Utang tanpa
jaminan (Unsecured debt-di Amerika Serikat)
7.
Utang dengan
jaminan (Secured debt di Inggris)
8.
Notes merupakan
utang tanpa jaminan yang awalnya memiliki jatuh tempo kurang dari 10 tahun.
9.
Senioritas
merupakan preferensi dalam posisi pemberi pinjaman (mana yang lebih
didahulukan) terkadang diberi istilah senior dan junior untuk menunjukkan
tingkat senioritas.
Karakteristik
Obligasi dan Hasil yang Diharapkan
Tarif kupon tergantung dari karakteristik resiko dari
obligasi yang diterbitkan.
Obligasi yang memiliki kupon yang lebih tinggi :
a.
Yang tanpa
jaminan dibanding dengan yang dengan jaminan.
b.
Utang
tersubordinasi dibanding dengan utang senior
c.
Obligasi tanpa
dana cadangan pelunasan dibanding dengan obligasi tanpa dana cadangan pelunasan
d.
Obligasi yang
dapat ditebus sebelum jatuh tempo (callable bond) dibanding obligasi tanpa hak
untuk menebus sebelum jatuh tempo (non-callable bond)
Peringkat
Obligasi
Yang baik untuk dilakukan investasi
-
High Grade : Moody’s
Aaa dan S&P AAA – kemampuan bayar teramat kuat , Moody’s Aa dan S&P AA
– kemampuan bayar sangat kuat
-
Medium Grade : Moody’s
A dan S&P A – kemampuan bayarnya kuat, namun mudah terpengaruh bila ada
perubahan kondisi. Moody’s Baa dan S&P BBB – kemampuan bayar cukup, kondisi
yang berlawanan akan memberi dampak lebih jauh dalam kemampuan bayar
perusahaan.
-
Investment Grade :
peringkat Baa atau BBB dan di atasnya
Bersifat spekulasi
-
Low Grade : Moody’s
Ba dan B; S&P BB dan B Dianggap mungkin kemampuan membayarnya akan merosot.
-
Very Low Grade : Moody’s
C (dan di bawahnya) dan S&P C (dan di bawahnya) yakni obligasi penghasilan
(income bonds) tanpa bunga yang dibayar atau pembayaran pokok dan bunga di
belakang.
Obligasi
pemerintah di Amerika terbagi atas :
1.
Treasury
Securities yakni Federal government debt ,T-bills (obligasi diskon murni dengan
umur setahun atau kurang) , T-notes (utang dengan kupon yang memiliki jatuh tempo
antara setahun sampai 10 tahun) , T-bonds (utang yang memiliki jatuh tempo
lebih dari sepuluh tahun)
2.
Municipal
Securities yakni utang negara bagian dan pemerintah local , memiliki tingkat
resiko gagal bayar yang disamakan dengan utang perusahaan, bunga yang diterima
bebas pajak.
Jika anda diminta memilih antara obligasi yang
kuponnya dikenakan pajak yang memberikan hasil 8% dengan obligasi pemerintah
daerah yang memberikan hasil 6% , dengan tingkat pajak 40%, mana yang dipilih?
Obligasi yang dikenakan pajak – 8% x (1-40%) = 4,8%.
Dengan demikian sebaiknya kita memilih obligasi
pemerintah daerah sebesar 6% yang bebas pajak.
Obligasi
Kupon Nihil (Zero Coupon Bonds)
Obligasi ini tidak membayar bunga secara berkala
(tarif kupon 0%)
Seluruh YTM berasal dari perbedaan antara harga beli
dan nilai nominalnya. Obligasi ini tidak dijual lebih dari nilai nominalnya.
Terkadang disebut sebagai zeroes, deep discount bonds,
atau original issue discount bonds (OIDs)
Contoh : Treasury Bills dan principal-only Treasury
strips
Obligasi ini tidak memiliki resiko atas hasil
investasi kembali.
Obligasi Suku Bunga Mengambang (Floating-Rate Bonds)
Tarif kupon mengambang
tergantung dari beberapa nilai inde.
Contoh : adjustable rate
mortgages dan inflation-linked
Treasuries
Obligasi ini memiliki resiko
harga yang lebih rendah.
Kupon mengambang, sehingga
lebih kecil kemungkinannya berbeda dengan YTM.
Kupon nya mungkin memiliki “kerah
(collar) yakni tarifnya tidak bisa melebih batas atas (ceiling) atau lebih
rendah dari tarif bawah (floor).
Jenis Obligasi Lainnya : Disaster
bonds, Income bonds, Convertible bonds, Put bonds
Terdapat banyak jenis biaya
provisi atas suatu obligasi dan banyak obligasi memiliki beberapa jenis
provisi. Sangat penting untuk memahami bahwa provisi ini akan mempengaruhi
tingkat hasilnya.
Pasar Obligasi
Obligasi diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia melalui pialang (dealer).
Harga Bersih dan Harga Kotor
Harga bersih adalah harga yang
tecantum.
Harga kotor adalah harga yang
sebenarnya dibayar, harga yang tecantum (harga bersih) ditambah bunga.
Contoh : misalkan obligasi
dengan kupon 4% dibayar semesteran dengan harga bersih Rp 12.825.000.
Jumlah hari sejak pembayaran kupon
terakhir = 61 hari.
Jumlah hari dalam periode antar
pembayaran kupon = 184 hari.
Bunga terutang = 61 / 184 x 4%
x Rp 10.000.000 = Rp 132.600.
Harga kotor = Rp 12.825.000 +
Rp 132.600 = Rp 12.957.600
Sehingga kita akan membayar Rp
12.957.600 untuk obligasi tersebut.
Inflasi dan Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga nominal =
tingkat hasil sebenarnya + penyesuaian inflasi
The Fisher Effect
The Fisher Effect mendefinisikan
hubungan antara tingkat suku bunga seenarnya, tingkat suku bunga nominal dan
inflasi.
(1 + R) = (1 + r)(1 + h) dimana
R = nominal rate (tingkat suku
bunga nominal)
r = real rate (tingkat suku
bunga sebenarnya)
h = tingkat inflasi
Kira-kira , R = r + h
Jika kita menginginkan tingkat
suku bunga sebenarnya 10% dan inflasi 8%, berapa tingkat suku bunga nominal?
R = (1+10%)(1+8%) – 1 = 0,188 =
18,8%
Kira-kira: R = 10% + 8% = 18%
Karena tingkat suku bunga sebenarnya dan tingkat
inflasi relative tinggi, terdapat perbedaan signifikan antara Fisher Effect dan
kira-kiranya..
Struktur Termin atas Tingkat Suku Bunga
Yakni hubungan antara waktu
jatuh tempo dan hasil (yield) dengan asumsi yang lainnya sama.
(efek dari resiko gagal bayar,
perbedaan kupon dll dikeluarkan).
Kurva hasil – merupakan gambaran
grafis atas struktur termin.
Kurva normal – dengan lengkungan
ke atas; hasil jangka panjang lebih tinggi dari hasil jangka pendek.
Kurva terbalik – dengan lengkungan
ke bawah; hasil jangka panjang lebih rendah dari hasil jangka pendek.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Obligasi
1.
Resiko gagal
bayar
2.
Apakah kuponnya
dipotong pajak
3.
Mudahnya obligasi
tersebut diperdagangkan (makin mudah, hasilnya lebih rendah)
4.
Hal-hal lain yang
mempengaruhi resiko pembayaran ke pemegang obligasi
Mari Berkomentar ConversionConversion EmoticonEmoticon