BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Segala puji
hanyalah milik Allah Azza Wajalla yang Maha Menggenggam segala
kejadian dan Maha Memelihara setiap keadilan. Dan kepada-Nyalah
segala bersandar. Shalawat dan salam semoga tercurah
limpahkan kepada Baginda Alam Nabi Muhammad Saw.
Pasar modal
adalah suatu wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dan jangka
panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut. Di setiap perusahaan-perusahaan
terus menerus berupaya menciptakan pasar modal yang teratur dan transparan.
Pasar modal menjadi sesuatu yang menggemparkan, karena investasi di Bursa Efek
berkembang sangat pesat .
Kehidupan yang semakin kompleks akan mendorong berbagai pihak untuk
mencapai segala sesuatu secara instan, mudah dan terorganisasi. Dalam hal ini,
untuk memepermudah transaksi produk pasar modal maka dibentuk Bursa Efek.
Fungsinya sangat membantu berbagai pihak yang terkait.
Perkembangan pasar modal dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Dimulai
dengan adanya perubahan yang terdapat didalamnya hingga menghasilkan Bursa Efek
Jakarta yang merupakan satu-satunya bursa efek di Indonesia. Aktivitas yang
dilakukan sangat banyak guna membantu para investor dan perusahaan melakukan
transaksi ekonomi.
1.2 Masalah
dan Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah yang disusun untuk memenuhi tugas
1) Mengetahui sejarah pasar
modal
2) Menambah wawasan untuk
mengetahui keseluruhan sejarah pasar modal
3) Mengetahui perkembangann
pasar modal
BAB II
SEJARAH PASAR MODAL
DI DUNIA
2.1 Kaum Publican (± 3 SM):
Aplikasi Bagi Hasil Pertama di Dunia
Ide tentang
pembagian penyertaan modal dan pembagian keuntungan sudah dikenal sejak lama.
Kita dapat menelusuri sejarah tentang saham hingga zaman Imperium Roma. Pada
zaman tersebut, pemerintah Roma mengontrakkan layanan kepada sekelompok
pengusaha swasta yang disebut kaum publican. Kaum Publican adalah kontraktor
umum yang berperan sebagai penyedia jasa yang dibutuhkan oleh pemerintah,
seperti mengurus persediaan dan logistik militer, mengelola pajak suatu wilayah
atau pelabuhan, dan pengerjaan proyek pembangunan fasilitas umum.
Sistem yang
berlaku dalam penentuan proyek kepada Kaum Pulican adalah sistem tender, dimana
Kaum Publican memberikan penawaran harga kepada pemerintah. Sebagai contoh
adalah pengelolaan pajak. Wilayah Imperium Roma terbentang luas dari Eropa,
Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada saat itu pemerintah terfokus pada
ekstensi wilayah jajahan dan penguatan militer, namun kekurangan sumber daya
manusia untuk mengumpulkan pajak di wilayah yang luas tersebut, oleh karena itu
pengumpulan pajak diserahkan kepada pihak swasta. Setiap beberapa tahun
pemerintah melakukan lelang untuk pengumpulan pajak di daerah jajahannya dalam
tenggang waktu yang telah ditentukan, pemenang dari lelang adalah orang yang
dapat memberikan penawaran tertinggi pajak yang dapat dikumpulkan dari daerah
tersebut. Pembayaran pajak kepada pemerintah dilakukan pada akhir tenggang waktu
yang ditentukan, dengan nominal yang diajukan pada saat penawaran. Kaum
publican yang melakukan pengumpulan pajak akan mendapatkan komisi dari pajak
tersebut. Selain itu setiap kelebihan yang diperoleh dari pengumpulan pajak
akan dihitung sebagai keuntungan, sebaliknya jika pengumpulan pajak ternyata
lebih kecil daripada jumlah yang harus dibayarkan mereka harus menutupi
kekurangan tersebut.
Sistem tersebut
jelas memberikan resiko yang besar kepada kaum publican. Oleh karena itu Kaum
Publican didominasi oleh kaum kapitalis yang memiliki modal. Selain itu, mereka
sering membentuk kerjasama dalam melakukan pengumpulan pajak sehingga resiko
yang ditanggung oleh masing-masing orang menjadi lebih kecil. Perjanjian
kerjasama ini disebut "socii" untuk kerjasama yang melibatkan banyak
pihak, dan "particulae" untuk kerjasama yang melibatkan sedikit
pihak. Peran Kaum Publican berangsur-angsur berkurang setelah Imperium Roma
berhenti melakukan ekspansi dan membenahi sistem birokrasi dalam
pemerintahannya.
2.2 Stora Kopparberg (850-an
s.d. sekarang): Dokumen Saham Pertama di Dunia
Eksploitasi
tembaga di Falun, Swedia dilakukan sejak tahun 850-an oleh dan tambang tembaga
mulai beroperasi sejak 1080 yang dikelola oleh penduduk lokal. Dokumen tertulis
pertama yang menjelaskan tentang tambang tersebut dikenal sebagai Deed of
Exchange tertanggal 16 Juni 1288. Dokumen ini disahkan oleh Raja Swedia, Magnus
Biggerson. Uskup Kepala Uppsala dan tiga uskup lainnya. Dalam dokumen ini
dijelaskan pembagian seperdelapan hasil dari tambang kepada A. Peter,
seorang Uskup. Pada saat itu pengelolaan dan administrasi tambang bukan lagi
dilakukan secara parsial oleh penduduk lokal, namun dilakukan oleh sebuah
organisasi yang terorganisir dengan baik. Organisasi tersebut kebanyakan
terdiri dari para Bangsawan Swedia dan pedagang-pedagang dari luar negeri,
terutama pedagang-pedagang dari Jerman Utara yang banyak berinvestasi dalam
pendirian tambang-tambang tersebut.
Dokumen lain
yang dapat menggambarkan kondisi pada waktu itu adalah Charter of Privileges
yang dikeluarkan oleh Raja Magnus Eriksson pada tahun 1347 yang mengatur
perihal operasi tambang di Falun. Raja Magnus Eriksson membentuk organisasi
pekerja tambang yang dikenal sebagai "Bergsmännen" yang artinya
manusia gunung. Raja kemudian menunjuk empatbelas orang dari para pekerja
tersebut untuk duduk dalam Dewan Tambang dan dua diantaranya ditunjuk menjadi
Menteri Urusan Tambang. Tugas dari Menteri Urusan Tambang dan Dewan Tambang
adalah untuk memastikan bahwa tambang tetap beroperasi sesuai dengan
undang-undang.
Swedia menjadi
negara superpower pada abad ke-17. Ekonomi Swedia digerakkan oleh tiga
komoditi: tembaga, besi, dan tar, namun tembaga merupakan faktor yang paling
berpengaruh. Sebagian besar hasil tambang tembaga diekspor ke luar negeri,
tembaga Swedia bahkan memainkan peranan penting di pasar Eropa pada waktu itu.
Saham perusahaan-perusahaan tambang di Swedia menjadi incaran para kaum
kapitalis. Tahun 1616, Raja Gustav II Adolf mengeluarkan undang-undang yang
membatasi jumlah saham yang beredar menjadi 1200 lembar dan jumlah kepemilikan
saham menjadi 75 orang. Pada tahun 1619, perusahaan tambang pertama didirikan
oleh pihak swasta, namun pihak kerajaan tetap memainkan peranan penting
walaupun kepemilikannya dalam perusahaan tambang telah berkurang. Pada abad
ke-18, pamor tembaga mulai meredup. Perusahaan-perusahaan tambang tembaga mulai
beralih pada pengeksplorasian bijih besi dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan
tambang dan pengolahan besi.
Tahun 1862,
seluruh perusahaan tambang dan tambang-tambang kecil yang dikelola oleh
individu bergabung membentuk sebuah perusahaan swasta, Stora Kopparbergs
Bergslag. Hal tersebut juga menandai akhir pengaruh pihak kerajaan dalam
perusahaan tambang dan pembubaran Kementrian Pertambangan. Pada tahun 1888,
Stora Kopparberg menjadi Aktiebolag (Perusahaan Terbatas milik publik), tiap
lembaran saham yang seluruh berjumlah 1200 lembar dikonversikan menjadi masing
masing menjadi 8 lembar saham senilai 1000 crown Swedia. Hal tersebut membuat
nilai perusahaan menjadi 9,6 juta crown Swedia.
Sejarah
mengenai Stora Kopparberg adalah sejarah mengenai akuisisi dan alih teknologi.
Dalam pengelolaan tambang, perusahaan menyisakan tumpukan kayu hasil pembukaan
lahan untuk pertambangan. Untuk mengoptimalkan kayu tersebut, Stora Kopparberg
mengakuisisi sebuah usaha penggergajian kayu di SkutskÃr pada tahun 1885. Pada
tahun 1888, perusahaan membangun pembangkit listrik di Kvarnsveden falls untuk
menyuplai kebutuhan listrik pengolahan baja di Domnarvet, dan pengolahan kertas
yang dibangun belakangan pada tahun 1900. Untuk menambah produksi bijih
besinya, Stora Kopparberg mengakuisisi Gysinge Bruks Aktiebolag (1905), SÃderfors
Bruk Aktiebolag (1907), Gammelstilla, StrÃmsbergs, Västlands, Hillebola, dan
Ullfors (1910-1920).
Pengakuisisian
tambang-tambang dan pengolahan-pengolahan bijih besi tersebut juga meningkatkan
suplai bahan baku untuk penggergajian kayu dan pengolahan kertas yang dimiliki
oleh perusahaan. Pada tahun 1956 produksi tambang besi mencapai 400 ribu ton per
tahun, dan produksi hasil hutan mencapai 175 ribu ton per tahun. Stora
Kopparbergs terus mengembangkan sayapnya dengan membangun pabrik-pabrik di luar
negeri. Pada tahun 1984. Stora Kopparbergs membangun Newton Falls Paper Mill di
New York, Amerika, pada tahun yang sama juga perusahaan mengadopsi nama STORA
sebagai identitas perusahaan.
Sementara
produksi tambang mulai menurun, STORA tetap melakukan merger dengan
perusahaan-perusahaan besar penghasil produk-produk hasil hutan di Eropa.
Hingga pada awal tahun 1990-an, Manajemen STORA memutuskan untuk berfokus
kepada pengolahan produk-produk kehutanan dan mendivestasikan
perusahaan-perusahaan yang tidak terkait dengan produk intinya. Pada tahun 1998
STORA melakukan merger dengan perusahaan pengolah hasil hutan dari Finlandia,
Enso Oyj, dan berubah nama menjadi Stora-Enso Oyj. Berpusat di Helsinski,
dengan jumlah pegawai lebih dari 46.000 orang, Stora-Enso Oyj sekarang ini
menjadi perusahaan pulp dan kertas terbesar di dunia dalam konteks kapasitas
produksi, kelima terbesar di dunia dalam konteks pendapatan, sekaligus sebagai
perusahaan terbuka tertua di dunia yang masih beroperasi hingga sekarang.
2.3 Vereinigte Ostindische
Compagnie (VOC) - (1602-1799): Pasar Modal Pertama di Dunia
Sejak Vasco Da
Gama mempelopori rute perdagangan dari Eropa ke India pada akhir abad ke-15,
hubungan perdagangan antar bangsa-bangsa di Eropa dengan bangsa-bangsa di Asia
semakin erat. Spanyol dan Portugis yang pertama kali melakukan perdagangan
antar bangsa tersebut tampil sebagai penguasa rute perdagangan, sekaligus
sebagai penguasa tanah jajahan di Asia dengan semboyan Gold, Glory, dan Gospel.
Rempah-rempah yang berasal dari Asia, terutama lada, menjadi komoditi utama
perdagangan pada saat itu. Para pedagang melakukan perdagangan kontrak
berjangka kepada para retailer yang kemudian mendistribusikannya ke
negara-negara Eropa lainnya.
Dengan sistem
kontrak berjangka tersebut membuat para retailer harus menanggung resiko atas
pengiriman dari Asia ke Eropa, seringkali kualitas dan kuantitas yang diterima
oleh para retailer tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati di awal.
Pada akhir abad ke-16, para pedagang dari Belanda, sebagai retailer terbesar
rempah-rempah pada saat itu, memutuskan untuk mengambil alih perdagangan rempah-rempah
yang dikuasai oleh Portugis dan Spanyol. Mereka kemudian bergabung membentuk
Brabantse Compagnie, Rotterdamse Compagnie, dan Compagnie van Verre.
Akibat dari keputusan tersebut, persaingan antara para pedagang-pedagang di
Eropa menjadi semakin ketat. Ketika persaingan antar pedagang memanas, pihak
pemerintah turut campur dengan mempersenjatai armada-armada yang dikirimkan
dalam misi dagang, akibatnya perang antar negara-negara di Eropa tidak
terelakkan lagi. Hasilnya harga rempah-rempah menjadi jatuh.
Penurunan harga
rempah-rempah dan ketidakamanan dalam perdagangan memaksa para pengusaha
Belanda untuk bekerjasama dan bergabung menjadi sebuah perusahaan. Pada tanggal
20 Maret 1602, atas saran Gubernur Jendral Prinz Johann Moritz von Nassau (1606
- 1679), tiga perusahaan besar di Belanda bergabung membentuk sebuah perusahaan
berskala nasional yang dikenal sebagai "Vereinigte Ostindische
Compagnie" (VOC). Pada mulanya VOC membuka enam kantor cabang: Amsterdam
sebagai kantor pusat perdagangan, Seeland, Delft, Rotterdam, Hoorn dan
Enkhuizen. Setiap cabang menunjuk calon Direksi hingga berjumlah 75 orang
sebagai perwakilan, dari ke-75 calon ini dipilih 17 orang yang menjadi Direktur
Eksekutif perusahaan.
Modal awal yang
disertakan dalam pembentukan perusahaan tersebut adalah sebesar 6.424.588
Guilders, jumlah yang besar pada saat itu. Kunci sukses VOC dalam penggalangan
modal adalah keputusan yang diambil oleh para pemilik untuk membuka akses
kepemilikan saham kepada publik. Lembaran-lembaran saham tesebut terjual dengan
cepat dengan harga nominal 3000 Guilders, dan dapat diperjualbelikan. Harga
nominal tersebut tidak ditentukan oleh pemerintah, namun oleh perusahaan
independen yang berperan sebagai reseller dalam memperjualbelikan saham
tersebut. Penjualan dan pembelian sertifikat saham VOC dikelola oleh dua
direktur, yang berpusat di Amsterdam. Oleh karena itu Amsterdam Kontor yang
merupakan kantor pusat VOC dikenal sebagai Pasar Modal pertama di Dunia. Selain
itu, VOC juga menerbitkan sertifikat obligasi dengan jangka waktu 3 sampai
dengan 12 bulan untuk menutupi kebutuhan operasinya.
Kerajaan
Belanda memberikan keistimewaan hak-hak kepada VOC dalam melakukan operasinya,
seperti: Hak eksklusif untuk berdagang di Tanjung Harapan, hak untuk
bernegosiasi tanpa mediasi pemerintah pusat, hak untuk mengeluarkan kontrak dan
beraliansi, hak untuk mencetak koin dan mata uang sendiri, serta hak untuk
membangun benteng-benteng, menunjuk gubernur, dan membentuk pasukan tentara di
daerah jajahan Belanda. Dengan pemberian hak-hak istimewa tersebut, VOC menjadi
sebuah "negara dalam negara" dan memiliki kekuatan ekonomi dan
politik yang sangat besar. Daerah kekuasaannya meliputi Pulau Jawa, Kepulauan
Maluku, Kepulauan Banda, Ternate, Makasar, Ceylon, dan Tanjung Harapan.
Perusahaan
tersebut terus berkembang walaupun terjadi beberapa kerugian-kerugian kecil
yang dikibatkan oleh pembajakan di Laut Cina Selatan, cuaca buruk, persaingan
dengan pedagang Eropa lainnya, pencurian, dan wabah penyakit yang menyerang
awak armada dagangnya. Sampai pertengahan abad ke-18, VOC berhasil menjadi
perusahaan monopoli terbesar pada waktu itu. Selama beroperasi, VOC memiliki
150 armada dagang, 40 kapal perang, 20.000 pelaut, 10.000 tentara, dan lebih
dari 50.000 penduduk sipil yang dipaksa untuk bekerja pada perusahaan.
Perkembangan tersebut juga mendorong pertumbuhan harga saham perusahaan. Pada
awal mula perdagangannya, saham VOC telah meningkat 10-15% diatas nilai
nominalnya; pada tahun 1622 harganya meningkat 3 kali lipat; dan pada tahun 1721
meningkat hingga 12 kali lipat.
Kerugian paling
besar disebabkan oleh inefisiensi dan korupsi yang menjalari tubuh perusahaan.
Karena mis-manajemen, VOC terpaksa ditutup dan dinyatakan bangkrut pada tanggal
31 Desember 1799. Pada saat itu nilai sahamnya hanya sebesar 25% dari nilai
nominalnya. Pada akhir hayatnya, VOC meninggalkan hutang hingga 110 juta
Guilders yang dibebankan kepada pemerintah Belanda. Oleh karena itu, saat ini
istilah VOC lebih dikenal sebagai kepanjangan dari Vergann Onder Corruptie yang
artinya "hancur karena korupsi".
2.4 Pasar Modal di Amerika:
Pertumbuhan, Resesi, dan Alih Teknologi
Kebanyakan
perdagangan saham dan sekuritas didominasi oleh perusahaan armada perdagangan
dan perdagangan rempah-rempah pada masa-masa awal berdirinya pasar modal.
Seperti yang telah disebutkan Belanda merupakan tempat berdirinya Pasar Modal
pertama di dunia, lalu diikuti oleh Portugis, Spanyol, Perancis, dan Inggris.
Dengan masuknya bangsa Inggris, yang memiliki armada perang terkuat di dunia
pada saat itu - the British Royal Navy - dalam percaturan perdagangan
rempah-rempah dunia, maka lalu lintas perdagangan mulai beralih ke Inggris.
Pasar Modal
London memulai debutnya dari pasar terbuka (outdoor market) di jalan Exchange
Alley. Di jalan tersebut para broker melakukan transaksi jual beli saham-saham
perusahaan-perusahaan perkapalan dan perdagangan Inggris. Pada tahun 1725,
transaksi mulai beralih dari jalanan ke kedai kopi Jonathon's Coffee House,
perdagangan saham pada saat itu masih bersifat non-formal, baru setelah sistem
perdagangan dibakukan pada tahun 1773, administrasi perdagangan saham menjadi
lebih tertata dan namanya berubah menjadi The Stock Exchange.
Sistem
perdagangan saham dikenalkan di Amerika oleh pendatang-pendatang dari Inggris
di wiayah koloninya. Pada mulanya perdagangan saham pada koloni Inggris masih
terpusat di London. Namun setelah Revolusi Amerika, dan kelahiran United States
of America, semua hubungan diplomatik maupun perdagangan antar Amerika dan
Inggris terputus, termasuk semua yang terkait dengan pasar finansial Inggris.
Alexander Hamilton, Sekretaris Bendahara (Secretary of the Treasury) pertama
Amerika melihat urgensi pendirian pasar modal yang independen di Amerika.
Berdasarkan pengalamannya mempelajari pasar modal di Inggris, Hamilton percaya
bahwa pasar modal merupakan hal yang esensial dalam membangun dan menjaga
kestabilan ekonomi sebuah negara. Selama periode jabatannya, 1789 sampai dengan
1795, ia dedikasikan untuk mempromosikan pembangunan Pasar Modal di Amerika
Atas prakarsa
Alexander Hamilton, saham-saham tiga bank besar di Amerika mulai
diperjualbelikan, walaupun pada saat itu pasar modal belum lagi terbentuk.
Saham-saham tersebut adalah saham the Bank of North America (1781), Bank of New
York (1784), dan the First Bank of the United States (1791). Saham-saham ini
diterbitkan untuk membayar hutang perang revolusi yang ditanggung oleh the
Continental Congress.
Seperti halnya
pendahulunya di Inggris, pasar modal di Amerika dimulai di luar ruangan. Pada
tahun 1792, John Sutton, Benjamin Jay, dan 22 pemimpin finansial menandatangani
kesepakatan pembetukan pasar modal di Amerika. Kesepakatan tersebut
ditandatangani di bawah pohon buttonwood di Castle Garden (sekarang Battery
Park) dan berisi tentang aturan main, regulasi, serta biaya yang akan
dibebankan dalam setiap transaksi. Mereka menamakan organisasi ini The Stock
Exchange Office. Organisasi ini bersifat eksklusif, hanya orang-orang tertentu
yang menonjol dalam komunitas finansial yang diperkenankan untuk bergabung, dan
wanita merupakan kaum yang termarginalkan dalam organisasi ini.
Perdagangan
saham di Amerika kemudian berkembang dengan pesat, sehingga pasar modal yang
menjadi pusat transaksi menjadi penuh sesak. Pada tahun 1817, para broker saham
di New York membentuk the New York Stock & Exchange Board dan meindahkan
tempat transaksi ke gedung No.40 di Jalan Wallsteet. Pada tahun 1863, nama
organisasi tersebut berubah menjadi the New York Stock Exchange (NYSE) dan
berpindah lagi di pusat transaksinya ke gedung di persimpangan Jalan Wallstreet
dan Broad Street, hingga hari ini NYSE tetap beroperasi dilokasi tersebut.
Meningkatnya
perdagangan saham terjadi seiring dengan berkembangnya ekonomi Amerika dan
bertambahnya jumlah perusahaan di Amerika. Pada tahun 1800, Amerika hanya
memiliki 295 korporasi besar, diman 20 diantaranya diperdagangkan sahamnya di
pasar modal. Pada tahun 1835, perusahaan yang terdaftar di NYSE berkembang
menjadi 121 perusahaan, kebanyakan diantaranya adalah perusahaan kereta api
yang berkembang pesat pada era tersebut. Pada tahun 1869, jumlah perusahaan
yang terdaftar di NYSE bertambah menjadi 145 perusahaan, jenis industrinya pun
bermacam-macam, mulai dari perusahaan asuransi, baja, perlengkapan pertanian,
perkebunan tembakau, dan perusahaan manufaktur lainnya.
NYSE mengadopsi
skala Dow Jones Industrial Average (DJIA), atau lebih dikenal dengan Indeks Dow
Jones. Nama tersebut diambil dari gabungan Charles Dow dan Edward Jones, dua
reporter yang kemudian mendirikan perusahaan penerbitan Dow Jones & Company
pada tahun 1882. Perusahaan tersebut menerbitkan surat kabar The Wallstreet
Journal yang berfokus kepada isu-isu finansial dan mengamati dengan seksama
pergerakan harga saham yang diperdagangkan di NYSE. Wallstreet Journal kemudian
membentuk sebuah indeks yang terdiri atas 11 perusahaan kereta api, dan pada
tahun 1896 diperluas menjadi rata-rata industri yang kemudian diadopsi oleh
NYSE sebagai indeks rata-rata saham-saham papan atas.
NYSE bukanlah
satu-satunya pasar modal di kota New York. Pada awal pengembangannya, aturan
mengenai pendaftaran perusahaan pada NYSE sangat ketat, setiap perusahaan
dikenai ongkos sebesar $25 agar bisa terdaftar di NYSE. Banyak pemilik
perusahaan menengah yang hendak mengembangkan usahanya dengan menjual sebagian
kepemilikan sahamnya kepada publik terbentur dengan aturan yang berlaku. Pada
tahun 1842, sebagian broker mencoba memfasilitasi pasar perusahaan menengah
tersebut dengan membentuk the New York Curb Exchange, yang kemudian berubah
menjadi American Exchange (AMEX), namun hingga kini julukan Curb Market
tetap melekat kepada AMEX. Perdagangan saham di Curb Market pada mulanya
dilakukan di halaman gedung tempat NYSE berada. Hal tersebut tetap berlangsung
hingga akhirnya AMEX menempati gedung baru di Trinity Place, New York pada
tahun 1921.
Tahun 1920-an
merupakan tahun tahun keemasan teknologi bagi sejarah Amerika, yang kemudian
dikenal sebagai Roaring Twenties. Berbagai inovasi seperti radio, otomotif,
penerbangan, telefon, dan pembangkit listrik mulai dikembangkan dan diterapkan
secara luas di Amerika. Perusahaan-perusahaan teknologi seperti Radio
Corporation of America (RCA) dan General Motors menjadi pionir dalam pasar
finansial Amerika, tidak ketinggalan perusahaan finansial yang menangani
transaksi perdagangan dan investasi seperti the Goldman Sachs Trading
Corporation turut menjadi motor penggerak perekonomian di Amerika.
Bank-bank di
Amerika mencoba memanfaatkan hal tersebut dengan memberikan kredit
sebanyak-banyaknya kepada perusahaan-perusahaan tanpa melakukan analisis
terhadap kelayakan usaha. Struktur hutang yang timpang menggandakan resiko
kebangkrutan perusahaan, namun hal tersebut tersamarkan dengan pertumbuhan
ekonomi Amerika yang pesat. Pada tahun 1929, Adolf Miller, Presiden the Federal
Reserve Board, mengeluarkan kebijakan uang ketat dan menaikkan suku bunga
pinjaman secara agresif. Akibatnya banyak perusahaan yang memiliki struktur
hutang yang buruk menjadi kesulitan dalam membayarkan kewajiban hutangnya. Hal
tersebut diperparah dengan aksi profit taking yang dilakukan oleh para investor
di sektor finansial. Berbagai pencetus tersebut kemudian menyebabkan krisis
ekonomi terburuk yang pernah dialami oleh Amerika dan mengakibatkan depresi
ekonomi yang berkepanjangan.
Hari Selasa,
tanggal 29 Oktober 1929, tercatat sebagai hari terburuk dalam sejarah finansial
bangsa Amerika, yang kemudian dikenal sebagai Black Tuesday. Krisis dimulai
pada hari sebelumnya tanggal 28 Oktober, terjadi aksi profit taking
besar-besaran yang menyebabkan Indeks Dow Jones turun menjadi 12.8%. Transaksi
yang terlalu besar menyebabkan sistem pita penghitung (the ticker tape system)
menjadi kelebihan beban dan rusak, padahal peranan pita penghitung tersebut
amat vital sebab menjadi satu-satunya sumber informasi investor tentang harga saham
terkini. Investor pun mencoba mencari informasi melalui telefon dan telegraf
yang menyebabkan kelebihan kapasitas dari kedua jaringan tersebut. Praktis pada
hari itu terjadi kebuntuan informasi yang membawa investor dalam kondisi
kegamangan.
Keesokan
harinya terjadi kekacauan di lantai bursa. Investor yang tidak mengetahui
perkembangan informasi tentang pasar finansial, dan terdorong oleh resiko yang
semakin besar akibat berlakunya sistem margin trading, berbondong-bondong
menjual saham-saham yang mereka miliki. Dalam dua jam, nilai saham-saham papan
atas turun hingga lebih dari separuhnya, dan dalam dua minggu Indeks Dow Jones
turun hingga 40%. Amerika Serikat baru bisa keluar sepenuhnya dari krisis pada
tahun 1932 setelah kehilangan sekitar 89% nilai saham-saham perusahaan publik
dari puncak keemasannya.
Dalam rangka
mengembalikan kepercayaan investor pada pasar modal, Kongres Senat Amerika
Serikat mengeluarkan the Securities Act pada tahun 1933, yang mengatur perihal
operasional dan sistem yang berlaku pada pasar modal. Dan pada tahun 1934,
dibentuk Securities and Exchange Commission (SEC) yang berfungsi untuk
mengawasi pelaksanaan undang-undang tersebut. SEC terdiri dari lima orang
komisioner yang ditunjuk oleh Presiden Amerika Serikat dan disahkan oleh senat,
Joseph P. Kennedy ditunjuk menjadi ketua komisi pertama SEC masa bakti
1934-1935. Guna melindungi investor dari aksi kejahatan finansial, SEC
mewajibkan setiap perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek untuk melaporkan
keuangan perusahaan yang telah diaudit, serta mengawasi setiap peralihan
kepemilikan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.
Tahun 1971
menandai babakan baru dalam sejarah pasar modal. National Association of
Securities Dealers (NASD) memperkenalkan National Association of Securities
Dealers Automated Quotation (NASDAQ) yang sepenuhnya menerapkan prinsip pasar
modal elektronis untuk pertama kalinya. Semua data kepemilikan saham dan
transaksi keuangan dikonversikan menjadi data-data elektronik yang disimpan
dalam satu mainframe computer. Perdagangan saham tidak lagi dipusatkan dalam
satu tempat, namun dapat dilakukan dari mana saja asalkan terhubung dengan
sistem NASDAQ, suatu konsep yang istimewa mengingat pada saat itu koneksi
internet belum lagi ada dan teknologi tidak secanggih sekarang. Sistem yang
demikian dikenal dengan istilah over-the-counter (OTC). Saham-saham yang
diperdagangkan oleh NASDAQ kebanyakan berupa saham-saham perusahaan teknologi
seperti IBM, Microsoft, Intel, Cisco, dan lain sebagainya, oleh karena itu Indeks
yang dipakai oleh NASDAQ sebagai patokan pergerakan saham-saham yang tergabung
di dalamnya dikenal sebagai Indeks Teknologi NASDAQ. Saat ini NASDAQ bahkan
telah mensponsori global stock market dengan membuka cabang di berbagai daerah
di luar negeri, diantaranya Kanada dan Jepang, serta berasosiasi dengan pasar
modal Hongkong dan Eropa.
2.5 Saham dan Kesejahteraan
Karyawan
Sistem bagi
hasil sebagai bentuk kompensasi kepada karyawan telah berlangsung sejak lama.
Pada zaman feudalisme, para tuan tanah menyadari bahwa memperkerjakan budak
untuk mengurus ladang dan perkebunan tidak ekonomis. Mereka tetap mengeluarkan
biaya yang tidak sedikit untuk memelihara dan memberi makan budak-budak
tersebut, namun disisi lain para budak tidak pernah menunjukkan antusiasme
mereka dalam melakukan pekerjaan, sehingga produktivitas mereka rendah. Sistem
perbudakan lalu dihapuskan, para tuan tanah lalu memperkerjakan buruh tani dan
buruh ladang yang diupah dengan menggunakan sistem bagi hasil. Namun sistem ini
dirasakan tetap tidak manusiawi karena proporsi yang didapatkan oleh para buruh
tani tidak sebanding dengan proporsi yang diterima para tuan tanah tersebut,
selain itu jumlah penghasilan yang diterima oleh para buruh tani tidak menentu
sehingga menimbulkan ketidakpastian untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada
zaman merkantilisme, sistem bagi hasil diganti menjadi sistem upah tetap (fix
income) yang regulasinya diatur oleh pemerintah.
Walaupun sistem
bagi hasil dianggap usang dan tidak manusiawi, tidak berarti sistem tersebut
hilang begitu saja. Hingga zaman Revolusi Industri sistem ini masih diterapkan
oleh perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan-perusahaan keluarga, tentu saja
dengan proporsi yang lebih adil. Â
A. R. J. Turgot, seorang ahli ekonomi berkebangsaan Perancis, adalah salah
seorang yang melihat keuntungan dari sistem bagi hasil ini. Pada tahun 1775
beliau menerapkan sistem bagi hasil dengan struktur proporsi yang lebih baik di
perusahaan pengecatan rumah Maison Leclaire. Sistem bagi hasil yang diterapkan
pada perusahaan tersebut berbentuk tunai yang langsung dibayarkan kepada para
pekerjanya. Perusahaan yang pertama kali memberlakukan sistem bagi hasil di
Amerika Serikat adalah New Geneva, PA - sebuah perusahaan yang memproduksi
barang pecah belah - yang dipimpin oleh Albert Gallatin pada tahun 1794. Sistem
ini bejalan efektif dan terbukti mampu meningkatkan kinerja para pekerja
perusahaan tersebut, namun belum banyak perusahaan yang terorganisir menerapkan
sistem bagi hasil tersebut.
Ide tentang
penerapan sistem bagi hasil kemudian digagas lagi oleh Chaler Babbage
(1792-1871) melalui bukunya On the Economy of Machinery and Manufactures yang
diterbitkan pada tahun 1832. Dalam buku tersebut Babbage menyatakan bahwa
pekerja dan pemilik perusahaan harus memperoleh keuntungan mutual, oleh karena
itu para pekerja harus menikmati sebagian keuntungan dari perusahaan melalui
pemberian bonus kerja selain gaji yang telah mereka terima. Babbage mengklaim
bahwa dengan menerapkan sistem tersebut baik pekerja maupun pemilik perusahaan
akan memperoleh keuntungan karena setiap pekerja akan mempunyai rasa memiliki
terhadap perusahaan, dan oleh karena itu mereka akan bekerja lebih baik dan
mencegah setiap tindakan yang akan merugikan perusahaan agar bonus yang mereka
terima meningkat. Selain itu tidak akan ada lagi konflik kepentingan antara
pihak manajemen dan pekerja karena semuanya memiliki kepentingan yang sama.
Gagasan Babbage
diterima oleh banyak pihak dan bahkan dikembangkan sehingga memiliki banyak
variasi sistem insentif. Henry R. Towne menyarankan untuk memberikan insentif
dengan sistem bagi hasil yang dibagikan secara proporsional per departemen,
sementara Frederick A. Hasley lebih memilih untuk dibagikan secara proporsional
menurut kinerja seseorang. Banyak perusahaan besar mulai menerapkan sistem bagi
hasil melalui pemberian bonus kepada karyawannya, setidaknya terdapat 30
perusahaan besar yang menerapkan sistem ini termasuk Â
John Wannamaker Dry Goods, Pillsbury Flour, Yale and Towne, Proctor and Gamble
(1887), Sears (1916), Kodak, dan Johnson's Wax (1917).
Pada saat
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat menggeliat pada tahun 1920-an, banyak
pengusaha mengalihkan sistem insentif yang diberikan kepada karyawannya, dari
berbentuk bagi hasil tunai menjadi sistem kepemilikan saham perusahaan melalui
program employee stock ownership plans (ESOPs). Dengan memiliki sebagian saham
perusahaan, para pekerja memperoleh tambahan penghasilan melalui dividen yang
dibagikan setiap tahun, bahkan setelah mereka tidak lagi bekerja di perusahaan
tersebut. Selain itu mereka juga dapat menjual saham yang mereka miliki di
pasar modal. Sistem ESOP ini juga disukai oleh para pemilik perusahaan karena,
walaupun proporsi kepemilikan mereka berkurang, dengan menerapkan sistem ESOP
perusahaan mendapatkan berbagai potongan dan keringanan pajak.
Namun peristiwa
Black Tuesday yang diikuti depresi yang berkepanjangan membuat sistem ESOP ini
gagal. Memiliki saham pada saat itu bagaikan memakan buah simalakama, banyak
pemilik saham yang menyesal karena saham yang mereka miliki tidak lagi
berharga, sementara bagi pemilik saham yang telah menjual saham mereka sebelum
Black Tuesday juga tetap tidak merasakan manfaat dari hasil penjualan tersebut
karena tergerus inflasi yang sangat tinggi dan sebagian hilang bersama
bank-bank yang dilikuidasi. Akibatnya ESOP tidak lagi diminati, hasil survey
pada tahun 1934 yang diselenggarakan oleh the National Industrial Conference
Board menyebutkan bahwa 42 % perusahaan telah berhenti menggunakan sistem ESOP,
pada tahun 1937 meningkat menjadi 69%, dan pada tahun 1939 hanya tersisa 37
perusahaan yang masih menerapkan sistem ESOP. Sistem ESOP kembali digunakan
oleh perusahaan setelah ekonomi Amerika Serikat mulai pulih pada tahun 1940-an,
dan menjadi trend pada tahun 1950-an.
Pada tahun 1974
Kongres Amerika Serikat meloloskan Employee Retirement Income Security Act
(ERISA) yang mengatur tentang standar minimum untuk program pensiun bagi
perusahaan swasta dan pengurangan pajak terkait dengan penerapan program
kesejahteraan karyawan. ERISA-lah yang kemudian mendasari dikeluarkannya
Internal Revenue Code (IRC) pada tahun 1978 yang merupakan prosedur standar
sistem penetapan pajak oleh Internal Revenue Service (IRS). Pasal 401(k) adalah
salah satu pasal dalam IRC yang terkenal, pasal tersebut mengatur tentang
penyelenggaraan program pensiun yang layak bagi karyawan melalui sistem bagi
hasil dan bonus saham. Dengan adanya insentif pajak tersebut, banyak perusahaan
yang tertarik menerapkan program 401(k) dengan mengikutsertakan karyawannya
dalam reksadana. Huges Air Craft Company adalah perusahaan pertama yang
menerapkan program 401(k) pada tahun 1978, diikuti oleh Johnson & Johnson,
FMC, PepsiCo, JC Penney, Honeywell, Savannah Foods & Industries, dan
Coates, Herfurth, & England.
Dengan
mengaplikasikan sistem bagi hasil, baik secara tunai maupun berbentuk bonus
saham, perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan kepeduliannya
terhadap kesejahteraan karyawannya. Hingga saat ini, program ESOP maupun 401(k)
masih tetap banyak digunakan perusahaan-perusahaan di Amerika. Tercatat lebih
dari 12 juta karyawan ikut serta dalam program ESOP pada tahun 2005 dan sekitar
42,4 juta karyawan disertakan dalam program 401(k) pada akhir tahun 2003,
beberapa bahkan mendiversifikasikan beberapa program melalui reksadana baik
atas inisiatif pribadi maupun secara kolektif oleh perusahaan.
BAB III
SEJARAH PASAR MODAL
DI INDONESIA
3.1 Sejarah
Awal Pasar Modal
Pasar modal
menjadi sesuatu yang menggemparkan, karena investasi di bursa efek berkembang
sangat pesat. Banyak perusahaan antri untk dapat masuk bursa. Parainvestor
domestic juga ramai-ramai ikut bermain di bursa saham. Selama tahun 1989
tercatat ada 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat (listed)
di Bursa Efek Jakarta. Sedemikian banyaknya perusahaan yang mencari dana
melalui pasar modal, sehingga masyarakat luas pun berbondong-bondong untuk
menjadi investor. Perkembangan ini berlanjut dengan swasatanisasi bursa, yakni
berdirinya PT. Bursa Efek Surabaya, serta pada tanggal 13 Juli 1992 berdiri
Bursa Efek Jakarta yang menggantikan peran Bapepam sebagai pelaksana bursa.
Menurut buku
Effectengids yang dikeluarkan oleh Vereneging Voor dan Effectenhandel pada
tahun 1989. transaksi efek telah berlangsung sejak tahun 1880 namun dilakukan
tanpa organisasi resmi sehingga catatan tentang transaksi tersebut tidak
lengkap. Pada tahun 1878 terbentuk perusahaan untuk perdagangan komunitas dan
sekuritas, yaitu Dunlop & Koff, cikal bakal PT Perdanas.
Tahun 1892,
perusahaan perkebunan Cultuur Maatschappid Goalpara di Batavia mengeluarkan
prospectus Penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden persaham. Empat tahun
berikutnya (1896), harian Het Centrum dari Djoejacarta juga mengeluarkan
prospectus penjualan saham senilai 105 ribu gulden dengan harga pedana 100
gulden per saham. Tetapi, tidak ada keterangan apakah saham tersebut
diperjualbeliakn. Menurut perkiraan, yang diperjualbelikan adalah
saham yang listing di bursa Amsterdam tetapi investornya
berada di Batavia, Surabaya dan Semarang. Dapat diaktakan
bahwa ini adalah periode permulaan sejarah pasar modal Indonesia. Atas
dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal.
Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di
Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan
bernama Vereniging voor de Effectenhandel (bursa efek) dan langsung
memulai perdagangan.
Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.
Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.
Sedangkan Efek
yang diperjual-belikan adalah saham dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda
yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan Pemerintah (propinsi
dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan
oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda
lainnya. Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga
menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal
11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan
bursa.
Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster. Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa. Companien & Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co.
Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster. Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa. Companien & Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co.
3.2 Periode
Permulaan Sejarah Pasar Modal
Sekitar awal
abad ke-19 pemerintah colonial mulai membangun perkebunan secara besar-besaran
di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang
telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang
Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari
pengghasilan penduduk pribumi.
Periode
menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi
tahun 1929 dan pecahnya Perang DuniaII (PD II). Keadaan yang semakin
memburuk membuat Bursa Efek Surabaya dan Semarang ditutup terlebih
dahulu. Kemudian pada 10 Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya
baru pada tanggal 31 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta dibuka kembali. Operasional
bursa pada waktu itu dilakukan oleh PPUE (Perserikatan Perdagangan Uang dan
Efek ) yang beranggotakan bank Negara, bank swasta dan para pialang efek dengan
Bank Indonesia sebagai penasihat. Pada tanggal 26 September 1952 dikeluarkan
Undang-Undang No. 15 Tahun 1952 sebagaiUndang-Undang Darurat yang kemudian
ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa.
Dari regulasi
yang dikeluarkan periode ini mempunyai cirri khas yakni diberikannya kewenangan
yang cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan pengawas . Amanat yang
diberikan dalam UU Pasar Modal secara tegas menyebutkan bahwa Bapepam dapat
melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi kejahatan di
pasar modal.
3.3 Kebijaksanaan
Sektor Pasar Modal
Baru pada Orde
Baru kebijakan ekonomi tidak lagi melancarkan konfrontasi terhadap modal asing.
Pemerintah lebih terbuka terhadap modal luar negeri guna pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16
Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di BI di bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan
(PM) Pasar Modal. Hasil penelitian tim menyatakan bahwa benih dari PM di
Indonesia sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun 1952, tetapi karena
situasi politik dan masyarakat masih awam tentang pasar modal, maka pertumbuhan
Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemunduran. Setelah
tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan surat keputusan Kep-Menkeu
No. Kep-25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972 tim dibubarkan, dan pada tahun
1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa. Bapepam
bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh Gubernur Bank Sentral.
Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan
intensitas untuk membentuk kembali PU dan PM. Selain sebagai pembantu menteri
keuangan, Bapepam juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan
pengelola bursa efek.
Beberapa hal
yang dilakukan adalah pertama, pada tanggal 10 Agustus 1977 mengeluarkan
keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang pendirian Pasar Modal,
membentuk Badan Pembina Pasar Modal. Yang kedua ialah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1976 tentang penetapan PT Danareksa sebagai BUMN
pertama yang melakukan go public dengan penyertaan modal Negara
Republik Indonesia sebanyak Rp. 50 Miliar. Yang ketiga adalah
memberikan keringanan perpajakan kepada perusahaan yang go public dan
kepadapembeli saham atau bukti penyertaan modal.
BAB VI
PERKEMBANGAN PASAR MODAL
DAN AKIBAT INVESTOR TERHADAP PASAR MODAL DI INDONESIA
4.1 Perkembangan
Pasar Modal
Perkembangan
pasar modal selama 1977 s/d 1987 mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah
memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana dari
bursa efek. Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan
oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham dan
obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain
sebagainya. PT Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang dicatat dalam
saham BEJ.
Baru setelah
pemerintah melakukan deregulasi pada periode awal 1987, gairah di pasar modal
kembali meningkat. Deregulasi yang pada intinya adalah melakukan penyederhanaan
dan merangsang minat perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan
kemudahan-kemudahan bagi investor. Kebijakan ini dikenal dengan tiga paket
yakni Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988, dan
Paket Kebijaksanaan Desember 1988.
Paket
kebijaksanaan Desember 1987 atau yang lebih dengan Pakdes 1987 merupakan
penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya
yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain
itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49%
dari total emisi. Kebijakan ini juga mengahpus batasan fluktuasi harga saham di
bursa efek dan memperkenalkan bursa parallel. Sebagi pilihan bagi emiten yang
belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
Kemudian Paket
Kebijakssanaan Oktober 1988 atau disingkat Pakto 88 ditujukan pada
sektor perbankan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal.
Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan
pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar
modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi
perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.
Yang
ketiga adalah paket kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang
pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan
membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Hal ini memudahkan
investor yang berada di laur Jakarta.
4.2 Akibat
Investor Terhadap Pasar Modal
Akibat dari
perubahan yang menggembirakan ini adalah semakin tumbuhnya rasa kepercayaan
investor terhadap keberadaaan pasar modal Indonesia.hal ini ditindaklanjuti
oleh pemerintah dengan mengeluarkan peraturan berupa Undang-Undang No. 8 Tahun
1995 yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996.
Undang-undang ini dilengkapi dengan peraturan organiknya, yakni Peraturan
pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang penyelenggara Kegiatan di Bidang Pasar
Modal, serta Peraturan Pemerintahb No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.
Pada tanggal 22
Mei 1995, mulai diberlakukan system JATS (Jakarta Automatic Trading System).
Suatu system perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis me-match-kan
antara harga jual dan beli saham. Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi
dilakukan secara manual. Misalnya dengan menggunakan “papan tulis” sebagai
papan untuk memasukkan harga jual dan beli saham. Perdagangan saham berubah
menjadi scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat (bukti fisik
kepemilikan saham). Lalu dengan seiring kemajuan teknologi, bursa kini
menggunakan system Remote Trading, yaitu system perdagangan jarak jauh.
Pada tanggal 22
Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange (IPSX),
sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki bursa efek : BES dan BEJ. Pada
tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan pada
tanggal 2 Maret 2009 Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek
Indonesia yaitu JATS-NextG
BAB V
KESIMPULAN
Pasar modal
menjadi sesuatu yang menggemparkan, karena investasi di bursa efek berkembang
sangat pesat dan menurut perkiraan yang diperjualbelikan adalah saham yang
listing di bursa Amsterdam tetapi investornya berada di Batavia, Surabaya dan
Semarang.
Pasar modal
adalah suatu wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka
panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut.
Produk yang
Terdapat di Pasar Modal
1.
Reksa Dana
2.
Saham
3.
Saham
Preferan
4.
Obligasi
5.
Waran
6.
Right Issue
Manfaat
Pasar Modal
1. Bagi Emiten
Bagi emiten, pasar
modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:
- Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar
- Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai
- Tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana/perusahaan
- Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan
- Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil
Sementara,
bagi investor, pasar
modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:
- Nilai investasi perkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai kapital gain
- Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang saham dan bunga yang mengambang bagi pemenang obligasi
- Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi risiko
Semakin
berkembangnya waktu maka muncul prinsip pasar modal baru yang menggunakan
prinsip syariah
Sumber : www.idx.co.id
www.bapepam.com
2 comments
Click here for commentsBursa Efek di Batavia sempat ditutup saat perang dunia I. pojokinvestasi.com
Replykabar baik!!!!
ReplyHello All, nama saya Jane alice seorang wanita dari Indonesia, dan saya bekerja dengan kompensasi Asia yang bersatu, dengan cepat saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia yang mencari pinjaman Internet agar berhati-hati agar tidak jatuh ke tangan penipu. dan fraudstars banyak kreditor kredit palsu ada di sini di internet dan ada juga yang nyata dan nyata,
Saya ingin membagikan testimonial tentang bagaimana Tuhan menuntun saya kepada pemberi pinjaman sebenarnya dan dana pinjaman Real telah mengubah hidup saya dari rumput menjadi Grace, setelah saya tertipu oleh beberapa kreditor kredit di internet, saya kehilangan banyak uang untuk membayar pendaftaran. biaya. . , Biaya garansi, dan setelah pembayaran saya masih mendapatkan pinjaman saya.
Setelah berbulan-bulan berusaha mendapatkan pinjaman di internet dan jumlah uang yang dikeluarkan tanpa meminjam dari perusahaan mereka, saya menjadi sangat putus asa untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor kredit genue online yang tidak akan meningkatkan rasa sakit saya jadi saya memutuskan untuk menghubungi teman saya. yang mendapatkan pinjaman onlinenya sendiri, kami mendiskusikan kesimpulan kami mengenai masalah ini dan dia bercerita tentang seorang pria bernama Mr. Dangote yang adalah CEO Dangote Loan Company.
Jadi saya mengajukan pinjaman sebesar Rp400.000.000 dengan tingkat bunga rendah 2%, tidak peduli berapa umur saya, karena saya mengatakan kepadanya apa yang saya inginkan adalah membangun bisnis saya dan pinjaman saya mudah disetujui. Tidak ada tekanan dan semua persiapan yang dilakukan dengan transfer kredit dan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah mendapatkan sertifikat yang diminta dikembalikan, maka uang pinjaman saya disimpan ke rekening bank saya dan mimpiku menjadi kenyataan. Jadi saya ingin menyarankan agar setiap orang segera melamar kepada Mr. Dangote Loan Company Via email (dangotegrouploandepartment@gmail.com) dan Anda juga bisa bertanya kepada Rhoda (ladyrhodaeny@gmail.com) dan Mr. jude (judeelnino@gmail.com) dan Juga Pak Nikky (nicksonchristian342@gmail.com) untuk pertanyaan lebih lanjut
Anda juga bisa menghubungi saya melalui email di ladyjanealice@gmail.com
Dan Anda bisa mengikuti Mr dangote on instagram untuk lebih jelasnya di dangoteloancompany
Mari Berkomentar ConversionConversion EmoticonEmoticon